Kado Sang Bidan

“Saya terima nikahnya Ira Rahmawati…” ucap lelaki itu hingga tuntas. Bukan itu bagian paling serunya. Bukan pula saat memasangkan cincin. Melainkan ketika ia menyerahkan sebuah seserahan. Seserahan yang kelak menjadi penyelamat urusan dompet, bagi pasangan tenaga kesehatan ini.

“Kenal di BBM (black berry messenger) awalnya,” cerita Lutfi saat kemarin pagi-pagi sekali saya telepon. “Dan sekarang usia kandungan istri sudah delapan bulan. Lagi kumpul-kumpul uang euy.” Kental betul logat Sunda dari balik telepon.

Mendengar itu, saya langsung memasukkan usaha souvenir ini pada prioritas utama untuk bantuan free endorse. “Tapi gue butuh bukti dulu nih, verifikasi kalau kalian memang seperti yang lo ceritakan barusan.”

Maka siang itu juga, Lutfi mengirim sebuah foto dan video. Isinya, ia mencium anak gadisnya yang masih dalam kandungan. Langsung mengingatkan saya, ketika dulu Arunika belum lahir ke dunia. Bahwa, manusia pertama yang mencium seorang buah hati, tentulah ayahnya — Ya iyalah, masa sang ibu. Kan gak bisa, gak nyampe bibirnya. Kecuali ibunya inverse kayang.

Siang itu juga mereka berangkat ke tempat dinas masing-masing. Lutfi membantu sebagai seorang tenaga medis di rumah sakit Helsa Cikampek, Ira seorang bidan di RSIA Bunda Fatiya Purwakarta. Nanti malam, begitu shift mereka selesai, Lutfi dan Ira akan mulai mengurus dan mengepak souvenir jualan mereka.

“Wah, istri lo bidan ya? Kalau bidan, ngelahirin sendiri dong?” Tanya saya sambil bercanda. “Ga perlu dibantuin?”

Lutfi terbahak. “Itu pertanyaan yang sama, yang pernah saya tanya ke istri juga kak.”

Dari arah belakang telepon, suara tawa Ira juga terdengar. “Ya gak bisa atuh.”

Obrolan kami berlanjut. “Karena kerjanya belum setahun, istri saya cuti nanti gak dapat gaji kak.” Papar Lutfi. “Saya juga ada pendapatan dari sampingan, tapi sejak pandemi ini jadi jarang. Ini bisa untuk kado, ulang tahun, pacar, pernikahan…”

“Pernikahan? Jangan-jangan lo dulu ngasih Ira mas kawinnya souvenir ini?” Selidik saya memotong kalimat Lutfi.

“Iya! Masih saya simpan sampai sekarang!” Ia jadi antusias, mengingat hari bahagia mereka. “Gak nyangka malah jadi usaha kecil-kecilan sekarang sama istri.”

“Wah parah lo, nikahin anak orang, gak taunya jadi bisnis.”

Kami lanjut mengobrol. Souvenir apakah itu? Ini sederhana sekali sebetulnya, namun cukup beda dan bisa memberikan kesan saat kita menerimanya. Kalau pun bukan kesan yang hebat sekali seperti saat Ira menerima souvenir ini di hari pernikahannya, setidaknya bisa memberikan kesan sederhana.

Souvenir ini adalah kotak hadiah, alias gift box.

“Bisa dikirim ke seluruh Indonesia?” Tanya saya lagi.

“Bisa kak.”

“Baiklah, semoga ada yang pesan ya.”

“Aamiin.”

Teleponan kami selesai setelah dua, tiga kalimat basa-basi. Entahlah apa yang terjadi setelah itu. Mungkin Lutfi berbisik pada istrinya “semoga ada yang pesan,” sembari melihat dompetnya, untuk membayar uang kontrakan kecil mereka yang juga sebentar lagi jatuh tempo.

“Tuhan, jika istri dan anakku adalah kado terbaik, maka tidak ada kalimat selain terima kasih.” Mungkin itu bisiknya dalam hati.

INI adalah tulisan sambungan dari unggahan video di IG saya. Saya senang menceritakannya. Semoga ada yang ingin membeli usaha mereka. Ini merupakan bagian free endorse edisi PPKM, untuk mereka UMKM, kreator kecil, serta pekerja kreatif yang mungkin bisa saya bantu.

Jika kamu yang baca ini suka, belilah. Untuk seseorang di sana, siapa saja. Tidak banyak untung yang Lutfi dan Ira dapatkan dari sini. Hanya saja, yang tidak banyak itu ikut menyambung harapan seorang bayi kecil.

Saya percaya, saat hidup kita datar atau bahkan tidak baik-baik saja, maka ketika kita membantu mudahnya urusan orang lain, hidup kita akan terbantu pula. Dalam hal ini, ada dua orang yang ikut kamu senangkan hatinya, pertama keluarga si bayi, kedua, orang yang kamu kirimkan souvenir ini.

Kontak detail ke:

IG: @zerostore95

WA: 0856–9495–6909

Salam. J.S. Khairen.