Merendahkan Profesi Lain

Jika ada yang merendahkan profesi kita, entah kita satpam, karyawan gajinya UMR, pemiliki usaha kecil-kecilan, polisi, atau penulis, maka baiknya berfokuslah pada peningkatan kualitas kerja kita.

Kalau sudah begitu, orang juga sungkan untuk merendahkan. Sebaliknya, jangan pernah pula merendahkan profesi orang lain.

Saat kita memang ngaco dalam bekerja, terus orang komplain, maka sikap kita menentukan: bagus tidak jiwa kepemimpinan kita?

Kalau marah ke marah terus, makin banyak yang merendahkan nantinya. Kasihan orang lain yang bekerja sungguh-sungguh di bidang itu.

Kalau kamu kerja di bank, nasabah kamu kecewa, ya perbaikilah kualitas layananmu. Jika kamu karyawan, manajer kamu komplain, ya periksalah bagian mana yang memang kamu belum deliver dengan baik. Kalau kamu pelayan publik, ya indikator terbaiknya adalah kekecewaan publik.

Soal di masa lalu ada pendahulumu yang punya kontribusi besar, itu hal lain. Itu ya sejarah pengabdian mereka. Rekam jejak keberhasilan mereka. Kamu gak malu, kalau itu justru kamu coreng dengan marah-marah di hari ini?

Rasa hormat terhadap kamu dan profesimu, akan mengental jika kamu memberikan yang terbaik. Boleh jadi, orang-orang pun akan membela dan mengagung-agungkan profesimu itu. Lagi-lagi ya catatannya berkualitaslah dalam bekerja.

Jika kualitas terus kamu jaga, hal ini tak terhindarkan: kekaguman orang, ungkapan terima kasih, penghargaan tertinggi, apresiasi. Jualan usaha kecil-kecilanmu akan terus dibeli, gajimu yang tadinya UMR akan terdongkrak, karya tulismu akan dibaca banyak orang.

Apabila profesimu tersebut di tulisan ini, lalu kamu tidak tersinggung, artinya kamu punya pisau introspeksi yang baik. Pemikiranmu tenang. Semoga karirmu lancar. Jadi, semangat terus untuk yang bekerja dengan hati.

Salam, J.S. Khairen. Penulis novel serial “Kami (Bukan) Sarjana Kertas,” “Kami (Bukan) Jongos Berdasi,” “Kami (Bukan) Generasi Bac*t,” dan “Kami (Bukan) Fakir Asmara.”

Media sosial: @JS_Khairen